Ketua GP Ansor, Yaqut Cholil Qoumas menyebut pemerintah harus memastikan kasus Covid 19 di Indonesia telah menurun, jika ingin menerapkan new normal atau tatanan hidup baru. Menurutnya, penerapan new normal di tengah tingginya kasus Covid 19 bakal berdampak buruk terhadap para santri yang sedang menimba ilmu di pesantren. "Jika pemerintah memberlakukan new normal tanpa menghitung keberadaan pesantren, maka sama saja pemerintah ingin membunuh pesantren," ujar Yaqut dalam diskusi virtual, Jakarta, Rabu (27/5/2020).
Yaqut menjelaskan, di Indonesia ada sekitar 28 ribu pesantren dengan jumlah santri sebanyak 18 juta. Di mana, pesantren merupakan tempat yang rentan dengan penyebaran Covid 19 dan bisa menjadi episentrum baru. "Karena apa? pesantren itu rata rata sederhana, satu kamar itu bisa disi 10 sampai 20 anak, bayangkan mereka tidak bisa melakukan jaga jarak sebagai syarat memperlemah penyebaran Covid 19," paparnya.
Selain itu, kata Yaqut, tempat wudhu di pesantren rata rata menggunakan wadah yang besar untuk menampung air, bukan menggunakan pancuran dengan air mengalir. "Ini harus diperhatikan pemerintah yang selama ini menganaktirikan pesantren, karena kalau new normal diterapkan situasi saat ini akan menciptakan episentrum baru," ujar Yaqut.