Seorang pasien asal Banjarnegara, Jawa Tengah ngotot minta diisolasi lagi. Tak lain, agar ia bisa menemani sang istri yang terinfeksi Covid 19. Padahal, pasien sudah dinyatakan sembuh dari virus corona dan bisa melakukan isolasi mandiri di rumah.
Adalah NT dan istrinya, warga Kecamatan Purwanegara dirawat di ruang isolasi Rumah Sakit Islam (RSI) Banjarnegara setelah keduanya dinyatakan terinfeksi virus corona. NT dari Klaster Gowa mulanya dinyatakan positif Covid 19 terlebih dahulu. Petugas lantas memeriksa kesehatan anggota keluarganya, termasuk sang istri dan anak anaknya.
Istri NT ternyata juga terinfeksi virus corona dari hasil pemeriksaan petugas. Pasutri itu kemudian dikarantina bersama pasien penderita Covid 19 lain di ruang isolasi khusus, satu hari menjelang Lebaran. Hingga suatu hari, NT mendapat angin segar.
Hasil swab evaluasinya telah keluar. Ia dinyatakan negatif Covid 19 alias sembuh pada 5 Juni 2020. Secara tidak langsung itu menjadi berita menggembirakan.
Sayang, sang istri ternyata belum sembuh. Alhasil NT harus pulang sendirian. Dia harus rela meninggalkan istri tercinta yang masih dikarantina.
Mereka yang sempat sakit bersama, lalu menjalani masa karantina berdua, ternyata tak bisa sembuh bersama. Semasa diisolasi bersama, mereka bisa saling menguatkan, menghapus lara yang melemahkan. Namun, karena dinyatakan sembuh, NT harus berpisah dengan istrinya.
Perempuan itu masih harus melewati hari harinya di rumah sakit, tanpa suami yang menemani. NT rupanya enggan berpisah dengan istrinya. Jika pasien lain bersemangat ingin dipulangkan, NT justru ingin tetap tinggal.
Meski telah sembuh, ia tak ingin pulang karena istrinya masih dalam pesakitan. "Ia ingin kembali menemani istrinya yang berada di ruang isolasi," katanya. NT bahkan rela diisolasi kembali agar tetap berada dekat dengan pasangannya.
Entah perasaan apa yang membuncah, hingga dia ngotot tak mau berpisah. Alasannya, kata Eko, NT ingin menemani istrinya agar kuat menghadapi cobaan penyakit Covid 19. Padahal keputusannya itu amat berisiko baginya.
Dia bisa tertular kembali virus corona jika berinteraksi dengan pasien positif. Padahal petugas sudah susah payah merawatnya hingga sembuh. Tentu saja permintaannya itu tak dipenuhi petugas medis.
Pasien sembuh wajib dipulangkan sesuai aturan. NT boleh saja mengkhawatirkan kondisi istrinya, namun bukan begitu caranya. Petugas memberikan pengertian kepada NT agar mau dipulangkan, serta meninggalkan istrinya di karantina.
Dia tetap bisa memberikan perhatian kepada istrinya dengan cara lain. Pihak rumah sakit memberikan kesempatan baginya untuk menjenguk dan memastikan kondisi istrinya. Tentu saja dengan syarat, ia harus menaati protokol kesehatan yang ada.
"Dia bisa menjenguk, dengan protokol jarak yang sudah ditentukan sesuai SOP," katanya. NT akhirnya mau mengerti. Ia bersedia dipulangkan.
Dia pun rajin menjenguk istrinya. Dia biasa membawakan makanan kesukaan istrinya, juga beberapa setel pakaian. Dia masih bisa mencurahkan perhatian, juga menyemangati istrinya.
Tujuannya satu, agar sembuh lalu kembali berkumpul dengannya dan keluarga.