Ribuan orang turun ke jalan jalan di Ekuador untuk memprotes kebijakan ekonomi pemerintah di tengah wabah Covid 19 ini. Setidaknya ada 2.000 orang berdemonstrasi di Ibukota Quito. Selain masalah ekonomi, para pendemo juga menentang pembatasan sosial yang dilakukan demi memutus penyebaran Covid 19, dikutip dari .
Pekan lalu, presiden mengumumkan langkah langkah untuk memerangi pandemi asal China ini. Salah satunya adalah penutupan beberapa perusahaan milik negara dan pemotongan gaji sektor publik. Ini diumumkan pemerintah di tengah kondisi Ekuador yang terpukul karena wabah.
Negara ini juga dianggap menjadi salah satu yang terdampak parah se Amerika Selatan. Perhitungan Universitas John Hopkins mencatat sekitar 37.000 kasus infeksi dan lebih dari 2.000 korban jiwa di negara ini. Dikutip dari Worldometers pada Selasa (26/5/2020), jumlah infeksi di Ekuador mencapai 37.355.
Angka kematiannya sudah tembus tiga ribu menjadi 3,203. Adapun jumlah pasien sembuh sebanyak 18.003. Para pengunjuk rasa yang mengenakan masker dan membawa bendera menghadiri demonstrasi yang diorganisir serikat pekerja dan organisasi sosial.
Mereka menyuarakan pemotongan gaji yang baru saja diumumkan Presiden Lenin Moreno. Menurut Presiden Moreno, 150.000 pekerjaan telah hilang akibat virus corona. Protes juga dilakukan di kota kedua yakni Guayaquil.
Dimana pemerintah lokal kewalahan dengan lonjakan kasus infeksi hingga menyebabkan banyak kematian. Bahkan saking banyaknya korban jiwa yang berjatuhan, ratusan mayat itu tidak dikuburkan. "Jika virus corona tidak membunuh kita, pemerintah akan melakukannya," kata pemimpin serikat pekerja di kota itu.
Sementara itu Walikota Quito, Jorge Yundo Machado menghimbau warganya untuk berpikir dengan akal sehat. "Mari kita mencari berbagai cara untuk memprotes, tetapi tidak secara langsung," katanya via Twitter. Dia juga menambahkan bahwa dengan berdemo akan menambah resiko tinggi penularan.
Sementara Ekuador masih mengalami krisis darurat kesehatan. Menteri Dalam Negeri, María Paula Romo mengatakan kepada awak pers bahwa sekitar 4.000 orang dari seluruh negeri ikut berdemo. Bahkan ada satu polisi yang terluka akibat insiden itu.
Pekan lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggambarkan Amerika Selatan sebagai pusat penyakit baru. Brasil, yang telah mencatat lebih dari 23.000 kematian, memiliki jumlah infeksi tertinggi kedua di dunia. Sedangkan negara tetangganya Ekuador yakni Peru memiliki lebih dari 120.000 kasus infeksi.